Pengkhianatan Dom dan Yudas

Suatu malam, aku menyaksikan suatu peristiwa dalam sebuah cerita. Cerita itu berkisah mengenai sebuah kelompok yang cukup kecil, terdiri dari berbagai orang dengan latar belakang yang berbeda, namun diantara mereka saling memiliki ikatan emosional yang begitu kuat dan menyebut diri mereka adalah keluarga. Kisah mereka dahulu bermula dari hobi yang secara tidak langsung membantu pihak kepolisian dalam menghadapi beberapa kasus teroris yang ada di negaranya. Dapat dibilang, mereka adalah preman jalanan, yang tidak dapat mau terikat dalam suatu aturan. Perjalanan hidup bersama mereka sangatlah panjang dan berlika-liku, penolakan masyarakat, menjadi kriminal, dan bebas bersyaratpun telah mereka terima. Kisah kali ini cukuplah menarik, karena menceritakan suatu pengkhianatan yang dilakukan oleh orang yang sangat berpengaruh di kelompok mereka ini. Pengkhianatan itu dimulai manakala Dom, panggilan orang berpengaruh itu, sedang berbulan madu untuk yang kedua kalinya.

Pada suatu pagi, dalam perjalanan Dom pulang ke penginapan seusai berbelanja, dia melihat seorang wanita yang sedang mengalami kesusahan karena mogok mobilnya, seperti biasa, diapun membantu wanita itu. Tak disangka, ternyata wanita itu justru mulai mendoktrin Dom untuk kembali memasuki dunia kriminal. Semula ia menolaknya, namun satu siasat wanita itu cukup membuat Dom untuk bertekuk lutut padanya dan mengkhianati keluarga yang ia bangun.

Pengkhianatan Dom pada mulanya berjalan sesuai rencana, para ‘keluarga’ diapun menjadi down dan tak mengerti akan maksud dari pengkhianatan itu. Bahkan, orang yang sangat percaya pada Dom pun terluka serta masuk penjara karenanya. Sakit hati, krisis kepercayaan, dan dendampun mulai terpantik dari mereka untuk Dom. Demi mengembalikan nama baik ‘keluarga’ dan diri sendiri, merekapun membangun suatu siasat untuk menghalau teroris itu dan mengembalikan Dom, namun apa daya bila teroris memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dibanding mereka.

Bagaimanapun juga, film tetaplah film, agak happy ending-pun terjadi. Mereka berhasil menghancurkan maksud dari si teroris, Dom-pun kembali, dan mereka kembali melakukan perjamuan perayaan kemenangan dan liburan mereka. Disinipun, si Dom menjelaskan bahwa ia berkhianat bukan karena ia jenuh kepada ‘keluarga’ yang ia punya, namun karena seorang perempuan dan bayi-nya yang disandera oleh Cipher, wanita teroris yang merekrutnya.

Kisah pengkhianatan Dom akan ‘keluarga’-nya, mungkin dapat menjadi sebuah permenungan kita di dalam beberapa hari ini. Dom, berkhianat bukan karena ia membenci keluarganya, namun karena ia memikirkan dirinya sendiri dan takut kehilangan apa yang ia cintai. Keputusan dia memanglah keputusan yang sangat sulit dan berisiko, karena keputusannya menyangkut akan keselamatan berbagai pihak dan kedamaian antar negara. Akan tetapi, dia yakin dan percaya bahwa ‘keluarga’-nya akan membantu dia, dan risiko terburuk tidak terjadi karenanya. Semuanya itu, hanya dapat terjadi bila mana setiap anggota ‘keluarga’ Dom benar-benar menaruh kasih dan kepercayaan kepadanya.

Mungkin, bolehlah kita mengumpamakan bahwa kita bagaikan si Dom yang mengkhianati keluarganya, dan kitapun sering mengkhianati keluarga kita, atau bahkan Ia yang senantiasa mengasihi kita. Hanya karena keegoisan kelekatan kitalah, kita mampu mengambil keputusan yang dapat membawa kita terjerambab memasuki jurang nestapa dan merugikan orang lain. Kisah Dom dan keluarga-nya adalah kisah dalam suatu film, fiksi, dan tentu akhir dari kisah itu akan bisa berbeda bilamana terjadi dalam dunia nyata. Bukan happy ending dalam kedamaian, tapi mungkin sad ending dalam peperangan dunia ketiga. Meski demikian, latar belakang yang diangkat, yakni keegoisan dan kelekatan, cukuplah relevan bila dikaitkan dalam dunia nyata. Hal paling mudah adalah apabila kita mendengarkan pemberitaan mengenai para pelaku kejahatan yang berbuat jahat karena berbagai faktor yang memaksa mereka untuk berlaku jahat, dapat tentang keyakinan, keuangan, ataupun ketidakinginan melihat orang yang mereka sayangi jatuh dalam penderitaan.

Sesungguhnya, kisah mengenai pengkhianatan dalam suatu keluarga juga dapat kita baca dalam kisah yang tertulis dalam kitab Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Terutama pada hari raya Kamis Putih dan Jumat Agung. Pada kedua hari raya tersebut, dikisahkan bagaimana sesungguhnya Yesus telah mengetahui siapa yang akan mengkhianati Dia, namun karena kasih-Nya yang begitu besar, Ia justru melayani pengkhianat itu terlebih dahulu. Yesus membasuh kaki orang yang akan mengkhianati-Nya (bdk. Yoh 13:1 – 15).

Yudas mengkhianati Yesus, bukan karena ia membenci Yesus, namun karena ia kecewa pada Yesus karena Ia tidak memenuhi keinginan duniawinya. Yudas sangat berharap bahwa Yesus mampu membawa dirinya, kelompoknya, dan umat Yahudi untuk melakukan suatu pemberontakan dan pembebasan dari penjajahan Roma dan kemunafikan imam-imam agung kala itu. Namun nyatanya, Yesus tidaklah membawa atau menghimpun pasukan untuk melakukan itu semua, Ia justru mengajarkan dan meneladankan cara untuk mengasihi musuh-musuhnya. Kekecewaan Yudas sampailah pada puncaknya, dan karena itulah iblis berhasil memasuki dirinya. Yudas memutuskan untuk mengkhianati Yesus yang berakibat pada pembunuhan Yesus (bdk. Yoh 18:1 – 19:42).

Keluarga Dom tetaplah mengasihi dan percaya pada Dom serta Dom berusaha untuk kembali pada mereka. Sedangkan Yesus, sangat mencintai Yudas, Ia basuh kakinya, Ia peringatkan dia, namun Yudas tetaplah masuk dalam dekapan iblis, Yudas mengkhianati Yesus yang mengakibatkan kematian Yesus di kayu salib. Dom dan Yudas adalah sama-sama pengkhianat, sama-sama di kasihi oleh orang-orang terdekatnya, namun tidak memiliki tujuan yang sama, tidak memiliki akhir yang sama. Akhir kisah dari Dom adalah kembalinya ia bersama keluarganya, sedangkan akhir kisah dari Yudas adalah ‘penyesalan?’ dan kematian ditanah hasil kejahatan dengan mengerikan (bdk. Kis 1:18).

Dom adalah tokoh fiksi, dan apakah kita masih berani untuk mencoba-coba mengkhianati orang yang sayang pada kita dengan harapan akan berakhir seperti pengkhianatan Dom atau malah berakhir seperti pengkhianatan Yudas? Kita justru membunuh orang yang dengan tulus hati mengasihi kita.

Janganlah engkau mencoba untuk berkhianat pada orang-orang yang mengasihimu, terlebih pada Tuhan Allah-mu yang memberi kehidupan dan segala anugerah untukmu. Kecuali jika engkau adalah tokoh utama dan fiksi.

Tinggalkan komentar